Tingginya Inflasi Buat Data Manufaktur AS Mager di Zona Kontraksi
Banyak warga Amerika membatasi pengeluaran mereka untuk barang-barang saat mereka beralih meningkatkan konsumsi di bidang layanan dan pengalaman. Di sisi lain, banyak orang menahan konsumsi karena tingginya inflasi telah berdampak pada pendapatan mereka.
Aktivitas manufaktur Amerika Serikat (AS) mengalami kontraksi pada Juni menuju level terendah dalam lebih dari tiga tahun. Ini merupakan penurunan selama delapan bulan berturut-turut.
Melansir laporan data kalender ekonomi, indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) turun menjadi 46% dari 46,9% pada Mei. Data Juni tersebut menjadi yang terendah sejak Mei 2020.
Indeks di bawah 50 merupakan indikator yang menunjukkan aktivitas manufaktur terkontraksi. Data terbaru tersebut juga lebih buruk dari proyeksi ekonom yang disurvei oleh banyak analis sebelumnya.
Penurunan pengukur produksi ISM juga turun ke level terendah sejak Mei 2020. Hal ini menandakan bahwa permintaan barang dagangan masih lemah.
Indeks pesanan baru turun selama 10 bulan berturut-turut dan simpanan pesanan menyusut, yang dapat membantu menjelaskan kemunduran dalam ukuran pekerjaan manufaktur.
Indeks ISM mundur ke level terendah tiga bulan menjadi 48,1. Ini menunjukkan lebih sedikit produsen yang menambahkan gaji.
Banyak warga Amerika membatasi pengeluaran mereka untuk barang-barang saat mereka beralih meningkatkan konsumsi di bidang layanan dan pengalaman. Di sisi lain, banyak orang menahan konsumsi karena tingginya inflasi telah berdampak pada pendapatan mereka.
Sebelas industri melaporkan penurunan aktivitas di bulan Juni, dipimpin oleh plastik dan produk karet, produk kayu dan pabrik tekstil.
Timothy Fiore, Ketua Komite Survei Bisnis Manufaktur ISM mengatakan, permintaan tetap lemah, produksi melambat karena kurangnya pekerjaan, dan pemasok memiliki kapasitas.
"Perusahaan panelis mengurangi produksi dan mulai melakukan PHK untuk mengelola jumlah karyawan, lebih dari bulan-bulan sebelumnya, di tengah sentimen beragam tentang kapan pertumbuhan yang signifikan akan kembali." tuturnya. (YSI)